Subnetting Kelas B Dari Teori ke Implementasi Nyata
Subnetting, proses memecah sebuah jaringan IP menjadi beberapa jaringan yang lebih kecil (subnet), adalah keterampilan krusial bagi para profesional jaringan. Ini memungkinkan alokasi sumber daya IP yang lebih efisien, meningkatkan keamanan, dan menyederhanakan manajemen jaringan. Kelas B, dengan rentang alamat IP 128.0.0.0 hingga 191.255.255.255, seringkali dipilih untuk organisasi menengah hingga besar yang membutuhkan sejumlah besar alamat IP. Artikel ini akan menggali tuntas subnetting kelas B, dari konsep dasar hingga implementasi praktis.
Memahami Kelas B dan Kebutuhan Subnetting
Kelas B secara default memiliki netmask 255.255.0.0, yang berarti 16 bit pertama (dua oktet) dialokasikan untuk network ID, dan 16 bit sisanya untuk host ID. Ini memberikan potensi sejumlah 65.534 host per network. Walaupun terdengar banyak, sebuah organisasi besar dengan departemen-departemen yang berbeda (misalnya, Penjualan, Pemasaran, Pengembangan, dan Keuangan) akan lebih efisien jika membagi jaringan kelas B ini menjadi beberapa subnet yang lebih kecil, bukan menempatkan semua perangkat dalam satu network besar.
Mengapa? Beberapa alasan utama meliputi:
- Broadcast Domain yang Lebih Kecil: Semakin besar broadcast domain, semakin banyak bandwidth yang terbuang untuk lalu lintas broadcast. Subnetting mengurangi broadcast domain, sehingga meningkatkan kinerja jaringan.
- Keamanan yang Lebih Baik: Memisahkan departemen dengan data sensitif (misalnya, Keuangan) ke subnet terpisah memungkinkan penerapan kebijakan keamanan yang lebih ketat, seperti firewall rules.
- Manajemen Jaringan yang Lebih Mudah: Lebih mudah untuk mengelola jaringan yang terstruktur dan tersegmen dengan baik daripada satu network besar yang rumit.
- Efisiensi Penggunaan IP: Jika sebuah organisasi tidak membutuhkan 65.534 alamat IP dalam satu network, subnetting memungkinkan mereka untuk membagi rentang alamat yang tersedia menjadi beberapa network yang lebih kecil, dan menggunakan alamat IP secara lebih efisien.
Langkah-langkah Subnetting Kelas B
Subnetting kelas B mengikuti prinsip dasar yang sama dengan subnetting kelas lain, tetapi dengan skala yang lebih besar. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diikuti:
-
Tentukan Jumlah Subnet yang Dibutuhkan: Ini didasarkan pada kebutuhan organisasi. Misalnya, jika organisasi memiliki 5 departemen dan membutuhkan subnet untuk setiap departemen, ditambah satu subnet untuk koneksi WAN, maka dibutuhkan minimal 6 subnet.
-
Tentukan Jumlah Host per Subnet yang Dibutuhkan: Ini tergantung pada jumlah perangkat (komputer, printer, server, dll.) yang akan terhubung ke setiap subnet.
-
Hitung Jumlah Bit yang Dipinjam dari Host ID: Untuk menentukan jumlah bit yang perlu “dipinjam” dari host ID untuk membuat subnet, gunakan rumus: 2n >= jumlah subnet yang dibutuhkan, di mana ‘n’ adalah jumlah bit yang dipinjam. Misalnya, untuk 6 subnet, 23 = 8, sehingga kita perlu meminjam 3 bit.
-
Hitung Subnet Mask Baru: Setelah mengetahui jumlah bit yang dipinjam, hitung subnet mask baru. Dalam kasus ini, kita meminjam 3 bit dari oktet ketiga (defaultnya 0). Jadi subnet mask menjadi 255.255.224.0 (224 berasal dari 128+64+32).
-
Tentukan Blok Size: Blok size adalah selisih antara nilai 256 dan nilai oktet terakhir subnet mask baru. Dalam kasus ini, 256 – 224 = 32. Blok size ini akan menjadi “kelipatan” untuk menentukan alamat network dari setiap subnet.
-
Tentukan Alamat Network, Range Alamat IP yang Valid, dan Broadcast Address untuk Setiap Subnet:
- Subnet pertama selalu dimulai dengan alamat network asli (misalnya, 172.16.0.0).
- Alamat network subnet berikutnya dihitung dengan menambahkan blok size ke alamat network subnet sebelumnya.
- Range alamat IP yang valid adalah semua alamat antara alamat network dan broadcast address (eksklusif).
- Broadcast address dihitung dengan mengurangi 1 dari alamat network subnet berikutnya.
Contoh Perhitungan Subnetting Kelas B
Misalkan kita memiliki jaringan kelas B dengan alamat 172.16.0.0/16 dan kita ingin membagi jaringan ini menjadi 8 subnet.
-
Jumlah Subnet yang Dibutuhkan: 8
-
Jumlah Host per Subnet yang Dibutuhkan: Asumsikan kita ingin sekitar 8000 host per subnet (ini akan menentukan berapa banyak bit yang tersisa untuk host).
-
Jumlah Bit yang Dipinjam: 23 = 8, jadi kita meminjam 3 bit.
-
Subnet Mask Baru: 255.255.224.0 (/19)
-
Blok Size: 256 – 224 = 32
-
Tabel Subnet:
Subnet Alamat Network Range IP yang Valid Broadcast Address 1 172.16.0.0 172.16.0.1 – 172.16.31.254 172.16.31.255 2 172.16.32.0 172.16.32.1 – 172.16.63.254 172.16.63.255 3 172.16.64.0 172.16.64.1 – 172.16.95.254 172.16.95.255 4 172.16.96.0 172.16.96.1 – 172.16.127.254 172.16.127.255 5 172.16.128.0 172.16.128.1 – 172.16.159.254 172.16.159.255 6 172.16.160.0 172.16.160.1 – 172.16.191.254 172.16.191.255 7 172.16.192.0 172.16.192.1 – 172.16.223.254 172.16.223.255 8 172.16.224.0 172.16.224.1 – 172.16.255.254 172.16.255.255
Implementasi Nyata dan Pertimbangan Tambahan
Setelah menghitung subnet, langkah selanjutnya adalah mengkonfigurasi perangkat jaringan (router, switch, firewall) untuk menerapkan subnetting. Ini melibatkan:
- Konfigurasi Router: Router bertugas menghubungkan subnet yang berbeda dan merutekan lalu lintas antar subnet. Setiap interface router yang terhubung ke subnet harus dikonfigurasi dengan alamat IP yang valid dalam subnet tersebut, serta subnet mask yang sesuai. Routing protocols (misalnya, RIP, OSPF, EIGRP) digunakan untuk mengiklankan informasi rute antar router.
- Konfigurasi Switch: Switch digunakan untuk menghubungkan perangkat dalam satu subnet. Switch harus dikonfigurasi dengan VLAN (Virtual LAN) untuk memisahkan lalu lintas antara subnet yang berbeda, meskipun terhubung ke switch yang sama.
- Konfigurasi Firewall: Firewall digunakan untuk mengamankan jaringan dengan memfilter lalu lintas berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Firewall dapat dikonfigurasi untuk memblokir atau mengizinkan lalu lintas antara subnet yang berbeda, berdasarkan kebutuhan keamanan.
- DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol): DHCP server otomatis memberikan alamat IP, subnet mask, default gateway, dan DNS server kepada perangkat yang terhubung ke jaringan. DHCP server harus dikonfigurasi untuk setiap subnet, dengan rentang alamat IP yang valid dalam subnet tersebut.
Pertimbangan Tambahan:
- VLSM (Variable Length Subnet Masking): VLSM memungkinkan penggunaan subnet mask yang berbeda-beda dalam jaringan yang sama, sehingga memungkinkan penggunaan alamat IP yang lebih efisien. Ini sangat berguna jika beberapa subnet membutuhkan lebih sedikit host daripada subnet lainnya.
- CIDR (Classless Inter-Domain Routing): CIDR adalah metode penulisan alamat IP yang menggunakan notasi slash (/) untuk menunjukkan panjang prefix (jumlah bit yang digunakan untuk network ID). Misalnya, 172.16.0.0/19 menunjukkan bahwa 19 bit pertama dari alamat IP digunakan untuk network ID.
Subnetting Kelas B, meskipun tampak kompleks pada awalnya, adalah alat yang sangat ampuh untuk mengelola jaringan berukuran sedang hingga besar secara efisien dan aman. Dengan pemahaman yang kuat tentang konsep dasar dan implementasi praktis, para profesional jaringan dapat merancang dan mengelola jaringan yang optimal untuk memenuhi kebutuhan organisasi mereka.
Subnetting lebih dari sekadar perhitungan matematis; ini adalah tentang perencanaan dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan jaringan. Apakah Anda siap untuk merancang jaringan yang lebih efisien dan aman?